Sunday, 13 December 2015

Creepypasta Masha and the Bear

Cerita Rakyat Rusia: "Masha and the Bear"

Ada sepasang pria dan wanita tua, yang memiliki cucu bernama Masha. Suatu hari beberapa teman Masha ingin pergi ke hutan mencari jamur dan buah berry. Mereka datang ke rumah Masha untuk mengajaknya turut serta. Masha bilang kepada kakek serta neneknya.

"Oma, opa, boleh ya aku pergi ke hutan," pinta Masha.

Kakek-nenek Masha mengizinkan dengan satu nasihat: Masha tidak boleh terpisah dari teman-temannya atau Masha akan tersesat.

Masha dan teman-temannya pun mencari jamur dan buah. Selama beberapa waktu mencari, tanpa terasa Masha telah terpisah dari teman-temannya. Masha memanggil-manggil temannya. "Hallo?"

Ternyata teman-teman Masha sudah tidak ada di dekat Masha lagi. Mereka semua sudah pergi meninggalkannya. Karena sudah malam, Masha berjalan mencari jalan pulang sampai akhirnya dia menemukan pondok kecil yang dihuni oleh beruang.

Masha mengetuk pintu selama beberapa kali. Karena tidak ada jawaban, Masha membuka pintu dan duduk di dekat jendela. Dia ingin tahu siapa yang tinggal di sana.

Beberapa saat setelahnya, yang tinggal di pondok tersebut adalah beruang. Seekor beruang yang besar. Menemukan Masha di dalam pondokannya, beruang lalu menakut-nakutinya. Sehingga Masha menjadi takut. Beruang mengatakan jika dirinya tidak akan membuat Masha takut asalkan Masha membuatkan makanan dan mengurus rumah untuknya.

Selama beberapa waktu, Masha melakukan semua yang diperintahkan beruang. Namun dia rindu dengan kakek-neneknya dan juga teman-temannya. Karena itu Masha mencari akal untuk bisa pulang.

Masha kemudian meminta beruang untuk membiarkannya satu hari saja untuknya pulang ke rumah. Karena dia mau memberikan kue untuk dimakan kepada kakek-neneknya.

"Jangan. Kalau keluar sendirian kamu akan tersesat. Tapi... kalau kamu bersedia memberikan sebagian kue itu untukku, maka aku akan mengantarkannya kepada kakek-nenek kamu," kata beruang.

Masha pun membuat kue yang besar untuk dikirim kepada kakek-neneknya. "Silakan kamu bawa kue ini. Tapi aku akan naik ke pohon ek besar dan memantaumu. Awas kalau memakannya!"

Beruang menurut apa yang dikatakan Masha. Sebelum beruang menggendong kue itu dengan keranjang di belakang punggungnya, Masha menyelinap dan masuk ke dalam keranjang. Kemudian menutupi dirinya dengan kue.

Di tengah jalan beruang mau memakannya. Namun terdengar suara Masha dari dalam keranjang. Beruang pun tidak jadi memakan kue tersebut. Begitu seterusnya.

Akhirnya beruang sampai di depan rumah kakek-nenek Masha. Dengan cepat, beruang mengetuk pintu dan berteriak, "Aku membawa sesuatu untuk kalian dari Masha."

Kakek-nekek Masha pun segera keluar dan menemukan sebuah keranjang. Mereka membukanya dan terkejut ketika melihat Masha ada di dalamnya. Masha pun memeluk kakek dan neneknya. Mereka bersyukur Masha bisa selamat karena kepintarannya.

=====
Catatan: cerita rakyat dari Rusia ini kini sudah dibuat film animasinya dengan judul "Masha and the Bear". Cerita sudah sangat bertolak belakang dari cerita foklore di atas. Dalam film jelas lebih lucu, kocak, sekaligus menarik.

Sumber:
365 Cerita Rakyat Indonesia

Sunday, 6 December 2015

Serial Malam Sebelum Jumat 01

Gadis Kecil Diatas Beringin

Rambut panjang yang tertiup angin dengan lembutnya. Suara gemerisik dedaunan beringin di bawah sinar rembulan.

Kulihat seorang gadis berambut panjang duduk di salah satu dahan pohon beringin yang paling besar. Rambut panjangnya menjuntai sampai kakinya, salah satu matanya hitam sayu menatapku, dan matanya yang satunya tertutup poni rambutnya.

Gadis itu mengenakan gaun putih menawan, terlihat indah di tengah malam...

"Mendekatlah..."

Bibir mungilnya bergerak, ia memanggilku... Tanpa suara, hanya dengungan yang terdengar bagai bisikan di kepalaku...

Aku ingin mendekat, sosoknya begitu indah, bagaikan burung yang hinggap diantara akar-akar kokoh beringin di di belakang rumahku.

Namun sayangnya aku memilih mundur, kulihat wajah gadis itu kecewa, ia meremas ujung gaunnya. Kulihat kuku-kuku tajam disana. Gadis berambut panjang itu hanya diam, tak pernah mengejarku. Ia hanya memanggilku. Setiap aku melihat Pohon Beringin melalui jendela kamarku, ia selalu menampakkan dirinya.

Menatapku dengan tatapan khasnya, kesepian, kesendirian, dan keterasingan.

Kenapa ia ingin agar aku ada didekatnya? Ah, tidak... Kenapa ia tak pernah mendekat ke arahku kalau ia sangat ingin agar aku berada di dekatnya?

Pertanyaanku tak pernah terjawab...

Entah kenapa... Ada sesuatu yang membuatnya selalu berada di dekat Pohon Beringin itu...

Pohon beringin yang tumbuh di belakang rumahku...

Apa mungkin ia menyadarinya?

Perasaan kesendirian yang juga kurasakan?


Penulis : Pena Inksword
Facebook : https://­www.facebook.com/­inkswordpena/?fref=ts
Wattpad : https://­www.wattpad.com/user/­PenaInksword

Saturday, 28 November 2015

-Tiger Liliy (Ragnarok)-

-Tiger Liliy (Ragnarok)-
Source : aldo-tobing blogspot, dan berbagai sumber
Urban legend atau legenda ataupun dongeng biasanya ada dimasyarakat namun urban legend kali ini datang dari dunia game online. Disalah satu game online Ragnarok terdapat sebuah urban legend yang cukup dikenal, boleh percaya boleh tidak atau mungkin sebagian dari kita telah mengetahuinya dan inilah ceritanya.
Cerita ini saya dapat dari diskusi di salah satu private server dan ini benar-benar kejadian langka, baru kali ini saya mendengar tentang cerita hantu di dunia game online.
Intro
Dulu pada saat Ragnarok pertama kali dibuka bahkan job 2 pun belum muncul, ketika itu di server Filipina. Tiger Lily itulah nick dari seorang Novice perempuan, sampai sini semua masih terdengar normal saja namun apa yang menyebabkan Tiger Lily begitu disoroti?
Tiger Lily selalu duduk di dalam bangunan penghubung antara desa orc dengan orc dungeon, mukanya selalu menghadap ke tembok, dia tidak pernah chat namun terkadang mengeluarkan emoticon, dia tidak pernah kemana-mana selalu disana dari pagi hingga malam. Banyak yang beranggapan itu hanya player iseng. Yang membuatnya misterius adalah ketika kita hendak menghampirinya, ia akan menjawab "go away, go away from me (nama asli kita)." Entah dari mana Tiger Lily tau nama asli orang yang menghampirinya. Namun bukan hanya sekedar tau nama asli, setelah Tiger Lily menyuruh kita pergi, char kita akan DC, internet putus dan lampu kedap kedip bahkan ada yang hingga mati lampu. Benar-benar suatu mimpi buruk untuk player Ragnarok.
Setelah dicek dari pihak developer ternyata Tiger Lily bukanlah NPC melaikan ID pemain biasa yang terdaftar namun dengan biodata yang tidak jelas dan akhirnya menjadi misteri. Dari sebuah sumber mengatakan Tiger Lily ini sebenarnya adalah seorang player biasa, seorang wanita dan yang jadi masalah adalah dia meninggal di depan PC nya saat bermain Ragnarok. Pada tahun 2004 setelah itu selama 100 hari kematiannya banyak hal aneh yang terjadi dan char Tiger Lily tidak pernah tercatat online di server dan katanya sebagian besar orang yang bertemu dengan Tiger Lily tidak punya kesempatan hidup untuk menceritakannya dan sebagian lagi dari mereka menjadi frustasi karena mimpi buruk yang berkata Tiger Lily sering menghantui mereka lewat mimpi.
Hingga saat ini Tiger Lily masih menjadi misteri dan urban legen di kalangan pemain Ragnarok, kalian bisa cek cerita lengkap Tiger Lily yang ditulis beberapa forum Ragnarok. Siapa sebenarnya Tiger Lily?
Tiger Lily juga diangkat menjadi sebuah komik pada Kontes komik yang diadakan developer IDRO.
-Setelah cerita misteri ini diselidiki, ternyata ada sebuah kisah dibalik semuanya, simak cerita berikut ini :
Tiger lily sebenarnya seorang player biasa, seorang wanita, yang bisa di bilang cantik. Namun, yang menjadi akar dari semua kisah ini adalah Tiger Lily meninggal di depan CPUnya pada saat main RO.
Setelah kematiannya itu selama 100 hari berikutnya banyak kejadian2 aneh terjadi... dan salah satunya cerita misterius di atas
Tiger Lily ternyata tidak ada di list char-server (list player yang sedang online) milik server Ragnarok Filipina, dan yang paling mengerikan adalah sebagian besar player yang bertemu dengan Tiger Lily, tidak mau menceritakan lebih banyak tentangnya, penyebabnya adalah Tiger Lily berulang kali masuk dalam mimpi mereka dan mengakibatkan paranoid yang berlebihan.

Wednesday, 18 November 2015

Laughing Jack

Source : Creepypasta
Translated & Retold by : X-Lone (seven-creepy.blogspot.com )
Shared by : Revenant
Saat itu adalah hari yang indah di musim panas, anakku yang berumur 5 tahun James sedang bermain di halaman belakang rumah kami yang berada di pinggiran kota. James adalah anak yang pendiam, dia sering bermain sendirian, dia tidak pernah punya banyak teman, tapi dia selalu mempunyai imajinasi yang menyeramkan. Aku sedang memberi makan anjing ku Fido di dapur, saat aku mendengar suara James berbicara dengan seseorang di halaman belakang. Aku tidak tahu siapa yang berbicara dengannya, apakah dia akhirnya sudah mempunyai teman? Menjadi ibu tunggal, sulit jika aku harus selalu mengawasi anakku, jadi aku memutuskan untuk ke halaman belakang dan mengeceknya.
Saat aku sampai di halaman belakang aku sedikit bingung, karena hanya ada James disana. Apakah tadi dia berbicara dengan dirinya sendiri? Aku berani bersumpah aku mendengar suara orang lain tadi. "James, waktunya masuk ke dalam rumah." Panggilku padanya. Dia masuk dan duduk di meja makan, pada saat itu adalah waktu makan siang maka aku membuatkannya sandwich kalkun. "James, siapa yang kau ajak bicara di luar tadi?" Tanyaku. James mendongak sejenak, "Aku bermain dengan teman baruku," Jawab James sambil tersenyum. Aku menuangkannya segelas susu dan melanjutkan mengungkit hal itu kembali, seperti yang biasa dilakukan ibu yang baik. "Apakah temanmu punya nama? Kenapa kamu tidak mengajak dia untuk makan siang bersama? " Tanyaku
James menatapku sejenak dan menjawab "Namanya adalah Laughing Jack." Aku sedikit bingung dengan apa yang dikatakannya." Oh? itu adalah nama yang aneh. Seperti apa temanmu?" Aku bertanya dengan bingung."Dia adalah badut. Dia mempunyai rambut panjang dengan hidung kerucut yang besar. Dia mempunyai lengan yang panjang dan mengenakan celana yang longgar, dan kaus kaki belang, dan dia selalu tersenyum."
Aku sadar bahwa anakku berbicara tentang teman imajinasi nya. Aku pikir normal untuk anak pada umurnya untuk mempunyai teman khayalan, terlebih saat dia tidak mempunyai teman untuk bermain.Ini mungkin hanyalah tahap saat dia masih anak anak.
Hari itu berlalu seperti biasa, sudah hampir larut,maka aku membawa James ke tempat tidur. Aku menyelimutinya, memberikan dia ciuman, dan memastikan untuk menyalakan lampu malam sebelum aku menutup pintu.Aku sangat lelah, jadi aku memutuskan untuk segera tidur tidak lama setelah itu. Aku mendapat mimpi buruk yang mengerikan...
Gelap.. aku berada di taman hiburan yang sudah tidak bekerja. Aku takut, berlari melalui ladang tidak berujung yang berisi tenda tenda kosong, wahana yang rusak, dan pondok permainan yang terabaikan.Semua tempat terlihat mengerikan. Semuanya berwarna hitam dan putih, boneka terlihat tergantung tali di pondok pondok permainan, dengan senyuman menyeramkan dijahit di wajah boneka boneka tersebut. Aku rasa seperti sekeliling taman hiburan melihatku, walaupun tidak ada makhluk hidup yang terlihat disana. Kemudian tiba tiba, aku mulai mendengar musik menyala.
Suara lagu Pop Goes the Weasel dari sebuah pemutar musik menggema keseluruh taman hiburan, suara itu menghipnotisku. Aku mengikuti lagu menuju ke tenda sirkus hingga hampir tidak sadarkan diri, tidak dapat menghentikan kakiku untuk terus berjalan ke depan. Dalam keadaan gelap gulita, cahaya satu satunya datang dari satu sorotan lampu yang berasal dari dalam tenda sirkus.
Musik bertambah lambat saat aku berjalan menuju cahaya tersebut, aku menyadari diriku bernyanyi tanpa bisa berhenti.
“All around the mulberry bush
The monkey chased the weasel
The monkey thought was all in fun…”
Musik berhenti tepat sebelum klimaks, dan tiba tiba cahaya tersebut mengarah kepadaku. Intesitas cahaya sangat menyilaukan mataku, yang bisa aku lihat hanyalah bayang bayang hitam yang menuju ke arahku. Dan bayangan lainnya muncul, dan muncul, dan muncul lagi. Hingga ada selusin dari mereka, semua bergerak menuju ke arahku. Aku tidak bisa bergerak, kakiku beku, semua yang aku bisa lakukan hanyalah melihat bayangan bayangan tersebut datang mendekat. Setelah mereka lebih dekat aku bisa melihat.... MEREKA ADALAH ANAK ANAK! Setelah aku melihat satu persatu dari mereka, aku memperhatikan mereka semua cacad dan dengan tubuh yang termutilasi . Ada yang mempunyai luka benda tajam di sekujur tubuh, dan ada yang mempunyai luka bakar yang amat parah,dan yang lainnya kehilangan anggota tubuhnya, bahkan mata! Anak anak itu mengerubungiku, mencakar tubuhku, menyeretku ke tanah, dan merobek tubuhku hingga ke dalam. Saat anak anak itu merobek dan mencabik tubuhku, aku menghilang secara perlahan, yang bisa kudengar hanyalah tawa, tawa yang mengerikan dan jahat.
Aku bangun pada pagi harinya dengan keringat dingin. Setelah mengambil nafas dalam dalam, aku berbalik ke samping dan melihat action figure milik James di atas rak yang semuanya menghadap ke arahku. Aku mendesah, James mungkin telah bangun lebih pagi dan menaruh mainannya disini. Aku mengumpulkan mainan James dan berjalan ke kamar James, namun ketika aku membuka pintu, James sedang tertidur.
Aku hanya mengangkat bahu dan meletakkan mainan James pada tempatnya, dan beranjak ke ruang tamu. Sejenak setelah itu James terbangun dan aku menyiapkan sarapannya. Dia terlihat diam dan sedikit grogi,barangkali dia tidak tidur nyenyak. Aku memutuskan untuk menanyakannya tentang mainan tersebut "James anakku, apakah kamu menaruh mainanmu di kamarku tadi pagi?"
Matanya terangkat sejenak dan secepatnya melihat ke sereal nya kembali. "Laughing Jack yang melakukannya." Aku menanggapi, "Baiklah, beritahu 'Laughing Jack' itu untuk menjaga mainanmu tetap di ruanganmu."James mengangguk dan menghabiskan sarapannya, kemudian pergi ke halaman belakang.
Aku bersantai di ruang tamu dan terbawa kantuk, sehingga aku terbangun 2 jam setelah itu. "Sial! Aku harus memeriksa James." Aku sedikit khawatir, sudah 2 jam lamanya sejak aku tidak mengawasinya.Aku melangkah keluar ke halaman belakang, tapi James tidak berada disana lagi. Aku sangat khawatir dan aku berteriak "JAMES! JAMES! DIMANA KAMU?!" Setelah itu aku dengar suara tertawa dari halaman depan. Aku membuka pagar dan melangkah ke depan rumah. James sedang duduk di tepi jalan. Aku bernafas lega dan menghampirinya. "James sudah berapa kali aku memberitahu mu untuk tetap di halaman bela... James, apa yang sedang kamu makan?" James melihatku dan mengeluarkan segenggam permen warna warni dari kantongnya. Ini membuatku sangat gugup, "James, siapa yang memberikanmu permen?" James hanya menatapku dan tidak berbicara. "JAMES!, kumohon, beri tahu mama darimana kamu mendapatkan permen permen itu?!" James mengatakan "Laughing Jack memberikannya padaku." Aku berlutut untuk menatap matanya, "James, aku sudah muak dengan hal hal tentang Laughing Jack, DIA TIDAK ADA! sekarang di situasi yang serius ini dan aku ingin tahu siapa yang memberikanmu permen!"
Aku melihat anakku meneteskan air mata, "Tapi mama, Laughing Jack yang MEMBERIKANNYA padaku." Aku menutup mata dan mengambil nafas dalam dalam, James tidak pernah berbohong kepadaku tetapi hal yang dikatakanya adalah hal yang tidak mungkin. Aku menyuruhnya untuk melepehkan permen permen itu, dan aku membuang sisanya. Mungkin aku terlalu berlebihan menanggapinya, bisa saja dia mendapatkannya dari Tom dan Linda dari rumah sebelah, atau dari Mr. Walker diujung jalan.
Aku akan lebih ketat mengawasi James. Malam itu aku menidurkan James seperti biasa, dan aku memutuskan untuk tidur lebih awal.
Tiba tiba aku terbangun oleh suara bantingan pintu dari dapur. Aku beranjak dari tempat tidur dan dengan segera menuruni tangga. Saat aku sampai di dapur, aku takut. Semua benda dari arah berlawanan telah terlempar ke lantai, dan anjingku Fido telah mati tergantung . Perut nya telah dirobek dan diisi permen, sama seperti permen yang James makan pada waktu itu.Terkejutanku ditambah suara teriakan keras yang berasal dari kamar James diikuti suara
bantingan yang amat keras. Dengan cepat aku mengambil pisau dari lemari dan menaiki tangga dengan kecepatan yang hanya dimiliki seorang Ibu yang mempunyai anak yang sedang dalam bahaya. Aku mendobrak pintu dan menyalakan lampu kamar. Semua benda di kamar berantakan dan terbanting ke lantai, anakku yang malang diatas tempat tidurnya menangis dan ketakutan.Aku membawa anakku dan berlari keluar rumah dan pergi ke rumah sebelah ke rumah Tom dan Linda, untungnya mereka masih belum tertidur. Mereka membolehkan ku menggunakan telponnya dan aku menelpon polisi.
Tidak memakan waktu lama hingga polisi datang, dan aku menjelaskan apa yang terjadi, mereka menganggapku gila. Mereka memeriksa seisi rumah dan hanya menemukan anjing yang mati dan 2 ruangan yang berantakan. Polisi itu memberitahu ku bahwa seseorang melakukan semua itu sebelum melarikan diri dengan cepat saat dia mendengarku menaiki tangga. Aku tahu itu tidak benar. Semua pintu sudah dikunci, dan tidak ada satupun jendela yang terbuka, Siapapun yang melakukan itu tidak mungkin datang dari luar rumahku.
Keesokan harinya James tetap di dalam rumah, aku tidak ingin dia hilang dari pengawasanku. Aku masuk ke garasi dan menemukan monitor bayi lama milik James dan memasangnya di ruangannya, jika siapapun ke kamarnya malam ini, aku akan dapat mendengarnya. Aku pergi ke dapur dan mengambil pisau besar dari lemari dan menaruhnya di atas laci ku. Teman khayalan atau tidak, aku tidak akan membiarkan siapapun menyakiti anakku.
Akhirnya malam datang. Aku menidurkan James, dia takut, tapi aku berjanji kepadanya bahwa aku tidak akan membiarkan apapun terjadi padanya. Aku menyelimutinya, dan memberikan dia kecupan, dan menyalakan lampu malam. Sebelum menutup pintu aku berbisik kepadanya "Selamat malam James, Mama menyayangimu."
Aku mencoba untuk tetap terbangun selama yang kubisa, tapi setelah beberapa jam aku kalah dengan rasa kantukku. Anakku akan aman untuk malam ini dan aku butuh tidur. Tetapi saat aku membaringkan kepalakuu ke bantal, aku mendengar suara pelan dari monitor bayi yang aku taruh di atas laci. Saat pertama terdengar terganggu, seperti suara yang biasa terdengar dari radio. Kemudian berubah menjadi suara rintihan. Apakah James sedang tidur? Kemudian aku mendengarnya, tawa dari mimpi burukku, tawa yang mengerikan itu. Aku beranjak dari tempat tidur dan mengambil pisau dari bawah bantal. Aku bergegas ke kamar James, dan mendobrak pintu. Aku mencoba untuk menyalakan lampu, tapi tidak bisa dinyalakan. Aku melangkah masuk dan aku dapat merasakan cairan kental hangat di kakiku. Tiba tiba lampu malam James menyala dan aku dapat melihat kengerian yang amat sangat di depanku.
Tubuh James terpaku di dinding, paku paku tersebut menembus tangan dan kakinya. Dadanya tersobek dan organ dalamnya berceceran ke lantai. Mata dan lidahnya telah tiada serta hampir dari seluruh giginya tercabut. Aku merasa jijik, aku hampir tidak percaya ini adalah anakku sayang. Kemudian aku mendengarnya lagi, suara rintihan putus asa. JAMES MASIH HIDUP! Anakku, anakku yang malang, saat merasakan begitu banyak rasa sakit dia masih berusaha untuk hidup. Aku keluar ruangan dan muntah di lantai, tetapi terganggu oleh suara tawa kecil yang mengerikan yang datang dari belakangku. Aku berpaling saat masih membersihkan cairan pahit di mulutku, kemudian muncul dari bayang bayang, iblis yang membuat semua kengerian ini, Laughing Jack. Kulit putih hantunya dan tertutup rambut hitam menjuntai ke pundaknya. Dia mempunyai mata putihnya yang mencekam dan dilingkari lingkaran hitam. Senyuman gilanya yang memperlihatkan gigi bergerigi tajam, dan kulitnya tidak terlihat seperti kulit sungguhan, kulitnya hampir terlihat seperti karet atau plastik. Dia mengenakan pakaian lusuh berwarna hitam dan putih, dengan lengan dan kaus kaki belang. Tubuhnya pun tidak masuk akal, lengannya yang panjang hingga melewati pinggang dan cara dia menyeimbangkan tubuh membuat dia terlihat seperti tidak bertulang, seperti boneka kain. Dia tertawa jijik untuk menunjukkan kepadaku betapa senangnya dia melihat reaksiku terhadap 'kerjaannya'. Lalu dia memutar balik menuju ke depan tubuh James dan mulai tertawa kembali ke pemandangan mengerikan yang telah dia tata. Sudah cukup untuk menerorku!, aku membentak, "MENJAUHLAH DARI ANAKKU, DASAR KAU BEDEBAH!" Aku berlari ke arah monster itu dengan mengangkat pisau dibawah kepalaku, dan menusuknya, tetapi saat pisau menyentuhnya, dia menghilang menjadi asap hitam. Pisau yang telah gagal membunuh monster itu, masih terus mengarah dan menembus jantung James yang masih berdetak, memercikkan darah hangat ke wajahku...
Tidak... apa yang telah aku lakukan? Anakku, aku membunuh anakku! Seketika aku menjatuhkan lututku, dan aku dapat mendengar sirine polisi di kejauhan semakin kencang...
Anakku,anakku manis, anakku sayang... Mama telah berjanji mama akan melindungimu.... tapi aku gagal..... Maafkan mama James.... Mama sangat sangat menyesal.....
Polisi segera sampai dan menemukanku di depan anakku, masih memegang pisau yang bersimbah darah anakku. Pengadilan berjalan secara singkat, aku terduga karena penyakit jiwa. Aku ditempatkan di Phiropoulos House khusus kriminal yang berdasar penyakit jiwa, disanalah aku berada sejak 2 bulan yang lalu. Bagiku, disini tidak terlalu buruk, satu satunya alasan aku bangun sekarang karena ada seseorang yang memainkan lagu Pop Goes The Weasel dari luar jendelaku..... Aku akan memberi tahu suster tentang ini besok pagi...

Sunday, 8 November 2015

Corpse loli 6

Kuambil posisi duduk di pinggir tempat tidur dan bersiap untuk bercerita. Aku memang terbiasa menceritakan sebuah dongeng pada Chiva sebelum ia tidur, karena ia memang selalu menyukai cerita sebelum tidur.
Namun kini rasanya menjadi terasa aneh sekali, karena ini adalah pertama kalinya aku menceritakan sebuah cerita di pagi hari yang beku ini.
"Pada zaman dahulu kala, disaat orang-orang belum mengenal tulusan selain coretan pada dinding, hiduplah putra-putra Adam.
Untuk membuktikan kesetiaan mereka pada Tuhan, Adam memerintahkan putra-putra mereka untuk memberikan sebuah persembahan.
Qabil adalah putra pertama Adam, ia memberikan persembahan pada Tuhan berupa sisa hasil pertaniannya. Qabil memilih tumbuhan dan buah-buahan yang tidak laku dijual di pasar, karena ia menganggap bahwa Tuhan akan menerima semua persembahan tak peduli seburuk apapun itu.
Namun berbeda dengan kakaknya, Habil sangat mencintai Tuhannya. Ia memberikan persembahan dengan salah satu hewan ternak terbaiknya.
Ia menyembelih Dombanya yang paling besar dan paling ia sayangi. Karena ia berpikir bahwa Tuhan yang Maha Agung tentu saja harus diberikan sesembahan yang paling baik.
"Qabil dan Habil? bukannya nama kedua putra Adam adalah Cain dan Abel?"
Tak kusangka, Candy akan menyela ceritaku begitu saja, ia sangat berbeda dengan Chiva yang akan menunggu ceritaku sampai akhir kata sambil menyimpan semua pertanyaan di dalam kepalanya, lalu ia akan memberondongku dengan puluhan pertanyaan setelah ceritaku berakhir.
Candy malah sebaliknya, ia tak memiliki kesabaran untuk melakukannya, setelah dipikir-pikir ia benar-benar mirip dengan orang itu.
"Nama Qabil dan Habil adalah nama yang digunakan oleh orang arab, dan kata itulah yang digunakan dalam kitab suci umat muslim."
Candy membulatkan mulutnya, ia cepat mengerti dan kembali mengambil posisi siap mendengarkan.
"Boleh aku lanjutkan?"
Candy mengangguk sambil sedikit takut, ia membuatku sedikit merasa kesal karena baru kali ini ada yang berani menyela ceritaku di pertengahan cerita.
Meskipun aku mencoba menyembunyikannya, tetapi sepertinya raut wajahku telah terbaca oleh Candy
"Baiklah kalau begitu akan kulanjutkan.
Ketika dua persembahan itu di letakkan pada sebuah altar dari batu-batu yang disusun, dari langit muncullah sebuah cahaya putih menyilukan.
Cahaya itu bagaikan api, membakar dengan cepat benda apapun yang disentuhnya, akan tetapi ia tidak sepanas api. Ia hanya terasa bagaikan segelas air hangat. Cahaya itu bergerak cepat menyambar altar batu tempat persembahan diletakkan, lalu kembali terbang ke langit tempat ia berasal.
Apa yang diambil Cahaya itu adalah domba persembahan Habil, dan apa yang ia tinggalkan adalah hasil pertanian milik Qabil.
Qabil yang tidak diterima karena persembahannya tidak diterima oleh Tuhan menjadi gelap mata. Ia kemudian melakukan sebuah dosa yang belum pernah dilakukan oleh manusia sebelumnya..."
Kuputus ceritaku di tengah jalan, mengambil nafas panjang sejenak sebelum akhirnya mulai bercerita kembali.
Sementara itu Candy kini berubah menjadi setenang Chiva ketika ia mendengar ceritaku. Tapi berbeda dengan gadis itu, Candy terlihat lebih khusyuk dan tidak tersenyam-senyum memikirkan pertanyaan sulit untuk membuat kepalaku pening.
"Apa Papa haus?"
Kugelengkan kepalaku, untuk sejenak aku seperti kehabisan kata-kata. Wajah mungil Candy mengingatkanku pada bayang-banyang masa lalu yang berusaha untuk kuhapus. Ia bagaikan perwujudan hantu masa lalu yang tidak ingin kutemui.
"Tidak Candy... Aku tidak haus, oh ya sampai dari mana kita?
Oh sekarang aku ingat...
Dosa Qabil yang belum pernah dilakukan oleh manusia sebelum ia adalah pembunuhan. Dengan menggunakan salah satu batu yang digunakan untuk membangun Altar, Qabil memecahkan kepala Habil sampai hancur berkeping-keping.
Setelah melakukan dosa pertamanya itu, Qabil tersadar akan kesalahannya. Ia kini kebingungan dengan mayat saudaranya. Kemanakah ia akan menyembunyikannya? Dimanakah ia harus menyembunyikannya dari keluarganya?
Tiba-tiba ketika Qabil masih dibingungkan oleh perbuatannya, sepasang gagak yang entah dari mana muncul. Mereka bertarung satu dengan yang lainnya sampai salah satu dari mereka mati, sepasang gagak itu membuat Qabil seolah-olah melihat bayangannya sendiri. Qabil merasa tertarik dengan kedua gagak itu dan terus mengamati mereka.
Salah satu gagak yang hidup menyeret tubuh gagak mati pada sebuah tanah lunak, gagak yang masih hidup menggaruk-garuk tanah. Ia terus-menerus menggaruk-garuk tanah tempatnya berada, sampai kemudian sebuah lubang muncul di tanah.
Gagak yang masih hidup memasukkan gagak mati pada lubang itu, lalu menguburkannya. Seolah-olah mendapatkan petunjuk dari sepasang gagak yang berkelahi itu, Qabil akhirnya melakukan hal yang sama pada mayat Habil.
Kematian Habil adalah pembunuhan, serta kematian manusia pertama yang ada di dunia ini. Hal itu berhasil membuat alam menangis, langit berubah menjadi mendung gelap, petir menggelegar, dan juga air meluap.
Qabil yang ketakutan segera menguburkan Habil dengan tanah persis seperti yang Gagak hidup lakukan pada gagak mati.
Melihat alam bersedih dan marah padanya, ia berlari dan terus berlari. Ia tahu kalau ia tak mungkin lari dari amarah Tuhan. Akan tetapi ia tetap berlari sampai akhirnya sampailah ia ke dalam sebuah gua yang gelap.
Di dalam gua itu Qabil mendapatkan sebuah kutukan dari Tuhan, sebuah kutukan keabadian waktu selama ia berada di dalam kegelapan. Ia dikutuk dengan tubuh mayat dan juga perut yang hanya dapat diisi daging dan darah manusia, akan tetapi meskipun ia memiliki keabadian ia juga memiliki kelemahan terhadap cahaya.
Disaat Tuhan meninggalkannya, datanglah salah satu keturunan Lilitu bernama Laili. Lilitu adalah manusia yang menikah dengan Iblis, banyak kisah yang mengatakan bahwa ia adalah istri pertama Adam, dan merupakan manusia pertama yang diusir dari surga.
Laili menawarkan Qabil sebuah rumah di dalam perut bumi, dimana Iblis, Jin dan makhluk kegelapan tinggal. Qabil yang tak bisa kembali ke dunia atas dimana cahaya bersinar terang terpaksa menerima tawaran Laili dan tinggal di dunia bawah.
Di dunia kegelapan itu Qabil menikah dengan Laili...
Pernikahan yang paling mengerikan...
Dari mereka terlahirlah Vampire, dan Ghoul. Makhluk-makhluk kegelapan yang membutuhkan bagian tubuh manusia agar terus hidup abadi."
Kuhentikan ceritaku sejenak, udara mulai menghangat. Kulihat sinar matahari mulai menembus kaca jendela, sayup-sayup terdengar suara ayam jantan berkokok.
Melihat berkas-berkas sinar itu tanpa kusadari ingatan masa laluku kembali berputar, kutepis sejenak dan mencoba kembali pada ceritaku.
"Apa ceritanya... Hanya itu saja?"
Aku kehabisan kata-kata, tunggu apa yang harus kuceritakaan setelah ini? Kepalaku terasa pening? Apa karena selama ini aku menceritakan cerita pada Chiva pada waktu malam hari?
"Ahh iya...
Ceritanya selesai...
Apa yang ingin kukatakan adalah...
Ghoul tidak perlu memakan daging manusia selama mereka tidak terluka parah atau menggunakan kekuatan mereka."
Candy mungkin berpikir aku sedang bercanda, ia masih duduk sambil menatapku dengan posisi yang sama. Ia masih menunggu kelanjutan cerita itu...
"Aku tidak bercanda, ceritanya sekarang sudah selesai dan aku harus segera membuatkan sarapan untukmu."
Kuhelakan nafasku panjang sambil beranjak dari kamar Chiva yang kini digunakan oleh Candy. Rasanya sepertinya aku memang tidak cocok untuk mendongeng di waktu pagi.
Tiba-tiba jantungku berdesir.
Tidak...
Aku kesulitan mendongeng seperti biasa bukan karena hal itu.
Namun karena gadis kecil itu...
Kelakuan dan cara ia menatapku...
Benar-benar terasa seperti wanita itu...
Kulangkahkan kakiku menuruni tangga. Sambil mencoba mengusir bayangan masa lalu yang selalu mencoba menghantuiku.
.........................
Pintu kamar kayu jati tertutup, Papa pergi begitu saja. Aku sudah berkali-kali mendengar atau membaca cerita, baik itu dari buku cerita atau dongeng yang di ceritakan oleh Kak Candice.
Tapi baru kali ini aku mendengar sebuah cerita yang terasa seakan terpotong bergitu saja, awalanya Papa terlihat begitu menghayati ceritanya. Akan tetapi tiba-tiba entah bagaimana ia berubah menjadi seakan tengah membenci ceritanya sendiri...
Dengan selimut yang membungkus tubuhku, aku segera turun dari tempat tidur. Kulihat kesekeliling, kamar tempatku tertidur terlihat seperti kamar seorang anak perempuan, dengan warna cokelat cerah pada dinding kayunya.
Pandanganku tertuju pada sebuah pigura foto yang diletakkan di atas sebuah rak kayu cokelat. Pigura itu berwarna cokelat muda, dua sosok di dalam foto itu terlihat akrab.
Kulihat seorang gadis kecil di foto itu tersenyum lebar sambil memeluk seorang laki-laki yang tampak terganggu dengan kelakuannya. Meski tak terlalu jelas karena hari masih pagi, tapi raut wajah laki-laki di foto itu terlihat jelas.
Laki-laki itu adalah Papa...
Sementara gadis di foto itu... Apakah ia Chiva?
Sinar matahari mulai bersinar semakin cerah dan membuat pigura foto cokelat muda itu terlihat makin jelas.
Jantungku terasa berhenti ketika melihat wajah gadis kecil di dalam foto itu. Rambut gadis itu terpotong pendek, sangat pendek jika dibandingkan dengan rambut sebahuku.
Namun wajah gadis itu...
Kenapa? Kenapa bisa semirip itu dengan wajahku?
Seakan-akan aku melihat diriku sendiri dalam foto itu...
NB :
Pembuat cerita Corpse Loli disini bukan saya, Saya hanya repost saja. Pembuat cerita Corpse Loli adalah Pena Inksword
Dengan link fb : https://m.facebook.com/profile.php?id=100008474175908&refid=18

Friday, 6 November 2015

Corpse loli 5

Kubuka mataku, ruangan besi gelap itu berubah menjadi langit-langit rumah kayu reyot yang telah bertahun-tahun kumiliki.
Kepalaku terasa amat pening, kusentuh ubun-ubunku dan memijitnya perlahan.
Kulihat jam dinding yang bandul dari kuningannya berayun pelan, tubuhku masih terasa sakit meski telah kuistirahatkan selama satu malam. Punggungku terasa mati rasa dan leherku sangat sulit untuk digerakkan.
Sepertinya aku terlalu memaksakan diri untuk menyelamatkan gadis itu. Berada diantara peluru-peluru peledak yang berterbangan di atas kepalaku, sambil menggendong seorang gadis kecil di bahuku sepertinya memang adalah sebuah ide yang buruk.
Apa yang kemarin kuhadapi benar-benar sangat berbeda dengan saat ketika aku bertemu Chiva. Tak ada desingan peluru ataupun orang-orang berseragam hijau dari Gaia, yang ada hanyalah Chiva dan kemampuan anehnya untuk mengubah benda mati menjadi perisai tubuhnya.
Pertempuranku dengan Orang-orang dari Gaia ketika menyelamatkan Candy hampir membuatku kehilangan nyawa, peluru peledak membuat tubuh kami sulit beregenerasi. Hal itu berlaku padaku, ataupun Candy yang dapat beregenerasi dengan cepat.
Namun meskipun begitu, aku benar-benar terkejut karena dengan sangat mudahnya aku bisa membuat Candy percaya dengan apa yang kukatakan.
Meskipun sebagian dari diriku senang karena dengan begitu aku tak harus kerepotan dengan kekacauan yang akan terjadi ketika ia mengira aku adalah musuhnya, akan tetapi aku juga harus membuat Candy mengubah sifanya agar ia tidak mudah mempercayai orang asing demi kebaikannya sendiri.
Ketika aku dan Chiva bertemu, kami hampir saling membunuh. Perlu waktu berjam-jam dengan pembicaraan yang diselingi oleh gigitan dari gadis itu agar ia mau percaya kalau aku adalah orang tua biologisnya.
Akan tetapi hal seperti itulah yang membuat gadis itu kini menjadi mudah untuk dikendalikan. Rasa kepercayaan yang sulit untuk didapatkan akan membuat sebuah hubungan menjadi semakin erat.
Selama beberapa bulan kami bersama, dia sudah mampu mengurus dirinya sendiri, mencuci pakaian kami, dan juga berbelanja kebutuhan sehari-hari tanpa harus tertipu oleh pedagang di pasar.
Selain itu setelah ia mengetahui kalau ia memiliki saudara lainnya yang terpisah dengannya, pada akhirnya ia berhasil membujukku agar aku mengizinkannya untuk pergi, dan mendapatkan kepercayaanku untuk mencari saudari-saudarinya yang lain.
"Engh..."
Terdengar suara erangan kecil dari atas tempat tidur, sepertinya Candy mengigau, selimut putih lembutnya terjatuh di lantai putih keramik yang kusam.
Ia pasti kedinginan, hari ini matahari masih enggan terbangun. Walau samar-samar bentuk tubuhnya kini telah terlihat di ufuk timur, tapi ia masih tertidur dibalik selimut kabutnya.
Aku segera beranjak dari kursi malasku, merapatkan syal cokelat tuaku dan mengambil selimut putih yang terjatuh dari tempat tidur. Aku berniat menyelimutkan selimut putih itu pada gadis kecil yang kini sedang terbaring miring sambil memeluk tubuhnya.
Namun kuurungkan niatku setelah melihat sepasang mata bulat semerah saga yang melihatku dengan lucunya.
"Kau sudah bangun?"
Hanya anggukan kecil yang kudapatkan, gadis kecil itu mengangguk sambil menguap, menunjukkan gigi-gigi taring mungilnya dan lidah segitiga panjangnya.
Meskipun ia telah tertidur berjam-jam, akan tetapi rambut hitamnya tetap terlihat lurus, berbeda dengan rambut Chiva yang berubah menjadi rambut singa setiap ia bangun. Syukurlah, aku tidak perlu menyisir rambut Candy seperti ketika Chiva masih ada disini.
Kuhamparkan selimut putih pada tubuhnya, tanpa kuminta ia segera merapatkannya pada tubuhnya. Apa hari ini aku harus memanaskan air untuknya?
"Papa..."
Bibir mungilnya bergerak, suara Candy sangatlah merdu, bagaikan suara anak burung yang menenangkan hati. Tapi sayangnya ia memanggilku dengan sebuah kata larangan.
"Sudah hentikan! Berhenti memanggilku seperti itu, bukankah sebelumnya kau memanggilku Rivail?"
Kucoba memasang wajah kesal semenakutkan mungkin, tetapi Candy hanya menatapku dengan tatapanmemelas. Ingatanku melayang pada sosok makhluk mengerikan, yang kemarin kulihat sedang memakan orang-orang dari Gaia.
Melihat gadis monster itu kini sedang terduduk di atas tempat tidur Chiva sambil memegangi perutnya, dan menatapku dengan mata manisnya membuatku merasa kalau apa yang kulihat kemarin hanyalah mimpi.
Kau tidak akan bisa membayangkan jika kalian melihat sesosok monster pemakan daging dengan kecepatan 3 meter perdetik, dengan regenerasi secepat bakteri tiba-tiba kini berada di depanmu. Menatapmu dengan polosnya bagaikan seekor kucing kecil.
"Baiklah Candy, aku akan memasakkan sesuatu untukmu...
Aku tidak yakin apakah masakanku enak, tapi setidaknya itu akan membuatku kenyang."
Kubalikkan tubuhku sambil mengingat-ingat bahan makanan apa saja yang masih tersisa di dalam kulkas, akan tetapi belum genap aku melangkahkan kakiku, sebuah tangan mungil nan kecil memegang ujung jaketku sambil menariknya perlahan.
"Papa..."
Aku ingin kembali memarahi Candy karena telah memanggilku Papa lagi, akan tetapi ada yang berbeda dengan nada berbicaranya. Nada berbicaranya berubah menjadi sedikit datar, seakan-akan ia mencoba berbicara serius denganku.
Hal itu membuatku terdiam sejenak lalu menanyakan apa yang ingin ia katakan.
"Apakah... Papa... Apakah Papa akan memberiku makan daging manusia?"
Pertanyaan Candy sama sekali tidak membuatku terkejut, bahkan Chiva yang telah berbulan-bulan makan daging dari mayat yang sama denganku juga sebenarnya terlihat enggan memakan daging manusia.
Meskipun ia terlihat menikmatinya dan menunjukkan wajah cerianya di hadapanku, aku tahu kalau memakan daging manusia itu adalah hal yang menjijikkan dan menakutkan.
Meskipun manusia adalah makanan kami, akan tetapi manusia juga adalah makhluk yang setiap hari kami hadapi. Kami saling mengobrol, dan berinteraksi dengan mereka.
Kubalikkan badanku melihat gadis itu, aku tahu ia merasa takut. Kucoba menghilangkan rasa takutnya dengan mengelus kepalanya pelan. Sama seperti ketika Chiva menunjukkan wajah sedihnya, aku tidak tahu apakah Candy menyukainya atau tidak, akan tetapi setidaknya ia kini menghentikan ekspresi menyedihkannya dan kembali pada wajah polosnya semula.
"Papa...?"
Candy mengangkat wajahnya, sepasang mata bulatnya menatapku lekat-lekat. Ini adalah kali pertamanya aku menatapnya lebih dari satu detik, mata seseorang lebih berbicara banyak daripada kata-kata.
Aku bisa melihat luka, penyesalan, kepedihan, dan penderitaan dimatanya. Sepasang mata gadis kecil seusianya seharusnya jernih bagaikan oase, akan tetapi mata Candy kusam dan terlihat pudar.
Kudekatkan wajahku pada telingnya dan kubisikkan kata-kata dengan lirih pada setiap helai rambut hitam halusnya.
"Akan kuberitahukan sebuah rahasia Ghoul kepadamu Candy..."
Gadis itu mengangguk, ia mengubah posisinya, seakan mempersilakanku untuk duduk didekatnya. Sementara itu ia memasang wajah seolah-olah kata "Ceritakanlah padaku Papa" terpasang pada keningnya.
NB :
Pembuat cerita Corpse Loli disini bukan saya, Pembuat cerita adalah Pena Inksword
Dengan link fb : https://m.facebook.com/profile.php?id=100008474175908&refid=18

Corpse loli 4

Pernahkah kalian merasakannya? Ahh tidak, salah sekali rasanya jika aku menanyakan hal seperti itu.
Kalau begitu, mungkin aku harus mengganti pertanyaannya.
Pernahkah kalian membayangkan bagaimana rasanya?
Terjebak di dalam sebuah ruang sempit, tanpa cahaya, dan tanpa sehelai pakaianpun melekat pada tubuhmu?
Pernahkah kalian membayangkan? Berada di dalam kegelapan, tanpa bisa bergerak kecuali hanya dengan merangkak di atas kedua tangan dan lututmu?
Karena atap ruangan besi dingin yang ada di atas kalian terlalu rendah untuk kalian berdiri, bahkan terlalu rendah untuk kalian duduk.
Kalian mungkin takkan pernah tahu rasanya...
Karena aku yakin kalian takkan pernah merasakannya di masa lalu ataupun masa depan yang tak terlihat.
Namun sayangnya, kenyataan yang tak pernah dialami oleh siapapun itu terjadi padaku.
Terjebak dalam sebuah ruangan besi sempit yang dingin, dan hanya dapat melihat kegelapan yang sama seperti saat mataku terpejam.
Hanya bisa mendengar suara yang kukeluarkan sendiri, dan hanya mencium semua bau yang tubuhku keluarkan sendiri.
Ahh tidak, mungkin semua hal yang kuceritakan ini juga mungkin adalah sebuah kesalahan.
Mungkin sebenarnya aku tak pernah melihat apa-apa, tempatku berada mungkin sebuah ruangan besi yang terang, akan tetapi aku tidak bisa melihat apapun disana, karena aku buta...
Ahh hal itu mungkin juga bisa terjadi...
Entah telah beberapa lama aku sudah terkurung di tempat itu, tanpa makanan, pakaian, dan juga air...
Berada disana dalam waktu lama membuatku kehilangan akal sehatku, yang aku lakukan hanya menjatuhkan tubuhku pada lantai ruangan besi, menggaruk dinding besi sambil menikmati suaranya, dan memukul-mukul atap diatas kepalaku.
Tak ada yang terjadi, entah siapakah yang telah melakukannya padaku, aku terus memikirkan hal itu. Akan tetapi semakin lama aku berhenti memikirkan hal itu, perlahan-lahan tak ada satupun hal yang kupikirkan. Karena keputusasaan yang mengerikan ini, aku kehilangan kesadaran diriku.
Pikiranku kosong, aku sudah tak peduli lagi kenapa aku bisa berada disini, bahkan aku juga tidak peduli pada rasa lapar dan haus yang menyiksaku.
Sampai kemudian...
Saat mataku tertidur, sebuah suara yang tidak pernah kudengar, tiba-tiba terdengar begitu saja dalam telingaku. Suara itu terdengar benar-benar sangat asing, setelah selama ini hanya mendengar suaraku sendiri, garukan, dan pukulan pada dinding besi.
Suara itu terdengar bagaikan suara jari jemariku ketika mereka menggaruk dinding besi tempatku berada.
Awalnya kupikir suara itu hanya ada di dalam kepalaku saja, akan tetapi ketika kubuka mataku, sebuah cahaya menyilaukan muncul di atas kepalaku.
Cahaya itu membutakan kedua mataku dan membuatku tak bisa berbuat apa-apa. Ketika suara dan cahaya itu datang meneroroku, aku sangat tahu kalau dinding di atas tubuhku kini terbuka.
Akan tetapi rasa takut yang kurasakan menghalangiku untuk kabur dari tempat itu, entah bagaimana cahaya menyilaukan dan suara itu membuatku merasa sangat ketakutan.
Setelah beberapa saat pintu itu terbuka, aku mendengar suara-suara lain dari luar sana. Terasa sangat asing, aku yakin mereka berbicara dalam bahasa yang tak mengerti.
Suara-suara itu membuat rasa ingin tahuku muncul begitu saja, akan tetapi cahaya putih menyilaukan membuatku tak bisa mengetahui dari makhluk apakah suara-suara itu berasal.
Apa yang terdengar oleh telingaku selanjutnya adalah suara sebuah benda yang terjatuh, terdengar sama seperti ketika aku menjatuhkan diriku di atas lantai penjara besi ini.
Pintu kembali tertutup, ruangan tempatku berada kini kembali menjadi gelap dan semakin sempit dengan adanya benda itu disini.
Tiba-tiba muncul sesuatu yang mengendalikanku, rasa lapar yang kutahan entah beberapa lama, sekarang menguasaiku.
Benda yang masuk ke dalam ruangan besi itu memiliki bau aneh yang tak pernah tercium olehku, bau benda itu terasa harum.
Kedua tanganku meraba-raba lantai dingin tempatku berada, terasa sangat dingin. Akan tetapi semua perasaan itu menghilang begitu aku menyentuh benda itu.
Terasa sangat hangat, benda itu benar-benar besar dan sangat hangat, bahkan mungkin benda itu seukuran dengan tubuhku.
Benda itu terasa lembut dan empuk, salah satu ujung benda itu bulat bagaikan bola, dengan sesuatu yang panjang dan halus.
Beberapa bagian benda itu terlihat memanjang, dua pasang di dua sisinya, sementara sepasang bagiannya memanjang di sisi yang berlawanan dengan bagian benda yang berbentuk bola.
Benda itu serasa tak jauh berbeda dengan tubuhku sendiri, hanya saja benda itu terasa lembut dan empuk, berbeda dengan tubuhku yang keras dan kasar.
Apakah benda ini juga bisa bergerak sepertiku? Aku mencoba menyentuhnya lagi, berusaha membuatnya bereaksi.
Tapi benda itu hanya diam, tak ubahnya dinding-dinding besi yang terus kupukul dengan kedua tanganku.
Aku menyentuh benda itu berkali-kali sampai bosan, sesekali membelainya, mencubit, bahkan memukulnya.
Namun tetap saja benda itu hanya diam, perlahan-lahan aku kehilangan kesabaran dan kesadaranku.
Rasa lapar yang menyiksa dan mencekik leherku semakin menyakitkan setelah ia memeras lambungku.
Pada akhirnya, aku terpaksa menyerah pada insting kebinatanganku, aku sudah tak peduli apakah ia benda mati ataukah hidup.
Apa yang kuinginkan adalah makanan, dan aku akan memakan apapun yang dapat kumakan.
Selama ini aku yang hidup berdasarkan akal sehatku, terpaksa menyerahkan diri pada nafsu dan juga insting hewan yang telah lama bersembunyi di dalam diriku.
Tubuhku bergerak tanpa mampu kukendalikan, tangan-tanganku bergerak, menyentuh setiap inchi benda itu, lalu mematahkan setiap bagian benda yang tak kuketahui hidup ataukah mati itu.
Cairan hangat mengalir keluar pada setiap bagian tubuh benda itu, kurasakan cairan itu dengan lidahku. Terasa aneh dan sedikit asin dengan bau amis anyir darinya, kusingkirkan dahagaku yang tak terkendali dengan cairan aneh itu.
Tak kusangka cairan itu membuatku semakin kehilangan diriku sendiri, tanpa sadar aku menghisap cairan hangat itu dari setiap bagian benda itu
dengan brutal.
Setelah memuaskan kerongkonganku yang kering, aku segera melanjutkan makanku dengan mengunyah setiap bagian benda itu.
Bagian luar benda itu terasa empuk dan berair, sementara bagian dalamnya sangat keras.
Di dalam bagian yang keras ada sesuatu seperti rongga yang menyimpan bagian dalam benda yang terasa lebih empuk.
Bagian dalam benda itu bermacam-macam, ada yang panjang bagaikan mie, berbentuk seperti buah, dan liat bagaikan karet.
Rasa laparku yang tak dapat kukuasai membuatku memakan semua bagian benda itu.
Bahkan bagian bola yang keras kuhancurkan dengan membenturkannya ke dinding berkali-kali.
Sesuatu yang lembut keluar dari bola itu, pada awalnya kupikir bola berbenang lebat itu tak memiliki rongga atau lubang, tapi ternyata ada empat lubang pada bola itu. Salah satu bagian lubang memiliki mekanisme buka tutup, mirip sekali dengan rahang yang kumiliki.
Setelah merasakan rasa kenyang pada lambungku, aku tertidur...
Tak pernah kurasakan perasaan senikmat ini, bisa tertidur sangat nyenyak dengan perut yang kenyang
Namun tanpa kusadari hari yang terlewati berjalan begitu cepat...
Lebih cepat dan lebih banyak daripada bekas goresan kukuku pada dinding...