Friday, 6 November 2015

Corpse loli 4

Pernahkah kalian merasakannya? Ahh tidak, salah sekali rasanya jika aku menanyakan hal seperti itu.
Kalau begitu, mungkin aku harus mengganti pertanyaannya.
Pernahkah kalian membayangkan bagaimana rasanya?
Terjebak di dalam sebuah ruang sempit, tanpa cahaya, dan tanpa sehelai pakaianpun melekat pada tubuhmu?
Pernahkah kalian membayangkan? Berada di dalam kegelapan, tanpa bisa bergerak kecuali hanya dengan merangkak di atas kedua tangan dan lututmu?
Karena atap ruangan besi dingin yang ada di atas kalian terlalu rendah untuk kalian berdiri, bahkan terlalu rendah untuk kalian duduk.
Kalian mungkin takkan pernah tahu rasanya...
Karena aku yakin kalian takkan pernah merasakannya di masa lalu ataupun masa depan yang tak terlihat.
Namun sayangnya, kenyataan yang tak pernah dialami oleh siapapun itu terjadi padaku.
Terjebak dalam sebuah ruangan besi sempit yang dingin, dan hanya dapat melihat kegelapan yang sama seperti saat mataku terpejam.
Hanya bisa mendengar suara yang kukeluarkan sendiri, dan hanya mencium semua bau yang tubuhku keluarkan sendiri.
Ahh tidak, mungkin semua hal yang kuceritakan ini juga mungkin adalah sebuah kesalahan.
Mungkin sebenarnya aku tak pernah melihat apa-apa, tempatku berada mungkin sebuah ruangan besi yang terang, akan tetapi aku tidak bisa melihat apapun disana, karena aku buta...
Ahh hal itu mungkin juga bisa terjadi...
Entah telah beberapa lama aku sudah terkurung di tempat itu, tanpa makanan, pakaian, dan juga air...
Berada disana dalam waktu lama membuatku kehilangan akal sehatku, yang aku lakukan hanya menjatuhkan tubuhku pada lantai ruangan besi, menggaruk dinding besi sambil menikmati suaranya, dan memukul-mukul atap diatas kepalaku.
Tak ada yang terjadi, entah siapakah yang telah melakukannya padaku, aku terus memikirkan hal itu. Akan tetapi semakin lama aku berhenti memikirkan hal itu, perlahan-lahan tak ada satupun hal yang kupikirkan. Karena keputusasaan yang mengerikan ini, aku kehilangan kesadaran diriku.
Pikiranku kosong, aku sudah tak peduli lagi kenapa aku bisa berada disini, bahkan aku juga tidak peduli pada rasa lapar dan haus yang menyiksaku.
Sampai kemudian...
Saat mataku tertidur, sebuah suara yang tidak pernah kudengar, tiba-tiba terdengar begitu saja dalam telingaku. Suara itu terdengar benar-benar sangat asing, setelah selama ini hanya mendengar suaraku sendiri, garukan, dan pukulan pada dinding besi.
Suara itu terdengar bagaikan suara jari jemariku ketika mereka menggaruk dinding besi tempatku berada.
Awalnya kupikir suara itu hanya ada di dalam kepalaku saja, akan tetapi ketika kubuka mataku, sebuah cahaya menyilaukan muncul di atas kepalaku.
Cahaya itu membutakan kedua mataku dan membuatku tak bisa berbuat apa-apa. Ketika suara dan cahaya itu datang meneroroku, aku sangat tahu kalau dinding di atas tubuhku kini terbuka.
Akan tetapi rasa takut yang kurasakan menghalangiku untuk kabur dari tempat itu, entah bagaimana cahaya menyilaukan dan suara itu membuatku merasa sangat ketakutan.
Setelah beberapa saat pintu itu terbuka, aku mendengar suara-suara lain dari luar sana. Terasa sangat asing, aku yakin mereka berbicara dalam bahasa yang tak mengerti.
Suara-suara itu membuat rasa ingin tahuku muncul begitu saja, akan tetapi cahaya putih menyilaukan membuatku tak bisa mengetahui dari makhluk apakah suara-suara itu berasal.
Apa yang terdengar oleh telingaku selanjutnya adalah suara sebuah benda yang terjatuh, terdengar sama seperti ketika aku menjatuhkan diriku di atas lantai penjara besi ini.
Pintu kembali tertutup, ruangan tempatku berada kini kembali menjadi gelap dan semakin sempit dengan adanya benda itu disini.
Tiba-tiba muncul sesuatu yang mengendalikanku, rasa lapar yang kutahan entah beberapa lama, sekarang menguasaiku.
Benda yang masuk ke dalam ruangan besi itu memiliki bau aneh yang tak pernah tercium olehku, bau benda itu terasa harum.
Kedua tanganku meraba-raba lantai dingin tempatku berada, terasa sangat dingin. Akan tetapi semua perasaan itu menghilang begitu aku menyentuh benda itu.
Terasa sangat hangat, benda itu benar-benar besar dan sangat hangat, bahkan mungkin benda itu seukuran dengan tubuhku.
Benda itu terasa lembut dan empuk, salah satu ujung benda itu bulat bagaikan bola, dengan sesuatu yang panjang dan halus.
Beberapa bagian benda itu terlihat memanjang, dua pasang di dua sisinya, sementara sepasang bagiannya memanjang di sisi yang berlawanan dengan bagian benda yang berbentuk bola.
Benda itu serasa tak jauh berbeda dengan tubuhku sendiri, hanya saja benda itu terasa lembut dan empuk, berbeda dengan tubuhku yang keras dan kasar.
Apakah benda ini juga bisa bergerak sepertiku? Aku mencoba menyentuhnya lagi, berusaha membuatnya bereaksi.
Tapi benda itu hanya diam, tak ubahnya dinding-dinding besi yang terus kupukul dengan kedua tanganku.
Aku menyentuh benda itu berkali-kali sampai bosan, sesekali membelainya, mencubit, bahkan memukulnya.
Namun tetap saja benda itu hanya diam, perlahan-lahan aku kehilangan kesabaran dan kesadaranku.
Rasa lapar yang menyiksa dan mencekik leherku semakin menyakitkan setelah ia memeras lambungku.
Pada akhirnya, aku terpaksa menyerah pada insting kebinatanganku, aku sudah tak peduli apakah ia benda mati ataukah hidup.
Apa yang kuinginkan adalah makanan, dan aku akan memakan apapun yang dapat kumakan.
Selama ini aku yang hidup berdasarkan akal sehatku, terpaksa menyerahkan diri pada nafsu dan juga insting hewan yang telah lama bersembunyi di dalam diriku.
Tubuhku bergerak tanpa mampu kukendalikan, tangan-tanganku bergerak, menyentuh setiap inchi benda itu, lalu mematahkan setiap bagian benda yang tak kuketahui hidup ataukah mati itu.
Cairan hangat mengalir keluar pada setiap bagian tubuh benda itu, kurasakan cairan itu dengan lidahku. Terasa aneh dan sedikit asin dengan bau amis anyir darinya, kusingkirkan dahagaku yang tak terkendali dengan cairan aneh itu.
Tak kusangka cairan itu membuatku semakin kehilangan diriku sendiri, tanpa sadar aku menghisap cairan hangat itu dari setiap bagian benda itu
dengan brutal.
Setelah memuaskan kerongkonganku yang kering, aku segera melanjutkan makanku dengan mengunyah setiap bagian benda itu.
Bagian luar benda itu terasa empuk dan berair, sementara bagian dalamnya sangat keras.
Di dalam bagian yang keras ada sesuatu seperti rongga yang menyimpan bagian dalam benda yang terasa lebih empuk.
Bagian dalam benda itu bermacam-macam, ada yang panjang bagaikan mie, berbentuk seperti buah, dan liat bagaikan karet.
Rasa laparku yang tak dapat kukuasai membuatku memakan semua bagian benda itu.
Bahkan bagian bola yang keras kuhancurkan dengan membenturkannya ke dinding berkali-kali.
Sesuatu yang lembut keluar dari bola itu, pada awalnya kupikir bola berbenang lebat itu tak memiliki rongga atau lubang, tapi ternyata ada empat lubang pada bola itu. Salah satu bagian lubang memiliki mekanisme buka tutup, mirip sekali dengan rahang yang kumiliki.
Setelah merasakan rasa kenyang pada lambungku, aku tertidur...
Tak pernah kurasakan perasaan senikmat ini, bisa tertidur sangat nyenyak dengan perut yang kenyang
Namun tanpa kusadari hari yang terlewati berjalan begitu cepat...
Lebih cepat dan lebih banyak daripada bekas goresan kukuku pada dinding...

No comments:

Post a Comment